Jumat, 30 Juli 2010
Pembelajaran
Pendidikan 3M
Menurut Presiden, dengan program pendidikan 3M sesungguhnya kebijakan program dan pelaksanaan pendidikan sudah menuju pada arah yang benar. Terkait dengan capaian program pendidikan, Presiden mengemukakan beberapa isu utama bidang pendidikan.
Presiden mengungkapkan, terdapat enam isu utama permasalahan mendasar bidang pendidikan. Isu pertama adalah biaya pendidikan murah untuk yang miskin, bahkan gratis dan terjangkau. Isu kedua adalah kualitas dan kesejahteraan guru dan dosen.
Presiden menegaskan, para guru dan dosen harus jelas mengerti hak dan menjalankan kewajibannya serta memiliki kompetensi. "Bagaimana mungkin lulusannya bagus kalau kemampuan dosen di bawah standar?" kata Presiden pada Rapat Evaluasi Program Prioritas Depdiknas Tahun 2007 dan Program Tahun 2008 di Ruang Birawa Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (6/02/2008).
Hadir pada Rapat Evaluasi Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo, beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu, gubernur, walikota, dan bupati seluruh Indonesia. Selain itu, hadir para kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota seluruh Indonesia.
Lebih lanjut Presiden mengatakan, isu ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah mutu pendidikan terkait dengan standar, kompetisi dibandingkan dengan negara lain, dan lulusan yang siap pakai. Sementara isu yang keempat adalah relevansi pendidikan dengan lapangan pekerjaan. "Ini penting saudara gubernur, bupati, dan walikota, yakni bahwa hasil pendidikan itu klop dan cocok dengan kebutuhan pasar, industri jasa, pertanian, dan apapun yang dibutuhkan oleh ekonomi dan kegiatan di negari ini," kata Presiden.
Oleh karena itu, kata Presiden, harus ada sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan pasar itu sendiri. "Pasar yang membutuhkan lulusan hasil didik harus pas antara spesialis dengan generalis".
Isu kelima adalah pendidikan yang terus mencetak manusia Indonesia yang tangguh, tidak cengeng, berperilaku tertib, taat hukum, dan taat pranata. "Kebebasan sangat penting, tapi tidak boleh kebebasan tanpa diimbangi oleh ketaatan pada pranata. Tentu pendidikan juga berkewajiban mendidik putra-putra bangsa, mendidik manusia untuk memiliki sikap yang toleran, dan jauh dari kekerasan. Ini kita rasakan sungguh penting untuk kita lakukan di negeri ini."
Adapun isu keenam adalah hubungan pusat dan daerah menyangkut tanggung jawab pendidikan. Presiden menekankan pentingnya sharing anggaran. "Otonomi daerah sudah kita berlakukan, desentralisasi fiskal juga telah kita jalankan di negeri ini. Oleh karena, itu budget sharing menjadi sangat penting," kata Presiden.
Di samping enam isu utama tersebut, kata Presiden, terdapat isu-isu khusus, yakni. ketersediaan dan harga buku yang terjangkau, pungutan iuran sekolah, gedung sekolah yang belum memadai, gerakan membaca, masalah guru honor dan guru bantu, pentingnya alih bahasa baik daerah maupun internasional, dan badan mutu pendidikan.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di lingkungan Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Tidak kecuali di pendidikan tinggi, pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup besar, kemarin (1/06) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengadakan Rembuk Nasioanal dengan tema “ Membangun Karakter Bangsa dengan Berwawasan Kebangsaan”. Acara yang digelar di Balai Pertemuan UPI ini, dibidani oleh Pusat Kajian Nasional Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan UPI.
Selain Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof.dr.Fasli Jalal, Ph.D, hadir pula menjadi pembicara seperti Prof.Dr.Mahfud,MD,SH, SU. Prof.Dr.Jimly Asshiddiqie, SH. Prof.Dr.Djohermansyah Djohan, M.A. Prof.Dr.H.Sunaryo Kartadinata,M.Pd. Prof.Dr.H.Dadan Wildan, M.Hum dan Drs. Yadi Ruyadi, M.si.
Wamendiknas dalam acara ini mengungkapkan arti penting pendidikan karakter bagi bangsa dan negara, beliau pun menjelaskan bahwa pendidikan karakter sangat erat dan dilatar belakangi oleh keinginan mewujudkan konsensus nasional yang berparadigma Pancasila dan UUD 1945. Konsensus tersebut selanjutnya diperjelas melalui UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.”
Dari bunyi pasal tersebut, Wamendiknas mengungkapkan bahwa telah terdapat 5 dari 8 potensi peserta didik yang implementasinya sangat lekat dengan tujuan pembentukan pendidikan karakter. Kelekatan inilah yang menjadi dasar hukum begitu pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter.
Wamendiknas pun mengatakan bahwa, pada dasarnya pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Ilahi, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah Ilahi ini dangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan prilaku.
Oleh karena itu Wamendiknas mengatakan bahwasanya sekolah sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting. Wamendiknas menganjurkan agar setiap sekolah dan seluruh lembaga pendidikan memiliki school culture , dimana setiap sekolah memilih pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk. Lebih lanjut Wamendiknas pun berpesan, agar para pemimpin dan pendidik lembaga pendidikan tersebut dapat mampu memberikan suri teladan mengenai karakter tersebut.
Wamendiknas juga mengatakan bahwa hendaknya pendidikan karakter ini tidak dijadikan kurikulum yang baku, melainkan dibiasakan melalui proses pembelajaran. Selain itu mengenai sarana-prasaran, pendidikan karakter ini tidak memiliki sarana-prasarana yang istimewa, karena yang diperlukan adalah proses penyadaran dan pembiasaan.
Prihal pengembangannya sendiri, Wamendiknas melihat bahwa kearifan lokal dan pendidikan di pesantern dapat dijadikan bahan rujukan mengenai pengembangan pendidikan karakter, mengingat ruang lingkup pendidikan karakter sendiri ssangatlah luas.
Sehari sebelum acara yang digelar di UPI ini ( 31/05), di Ruang Rapat Komisi X, DPR-RI, diadakan Rapat Kerja yang membahas pendidikan karakter. Hadir dirapat tersebut selain 25 anggota fraksi, adalah Menkokesra, Mendiknas, Menag, Menbudpar, Menpora, Wamendiknas, Perwakilan Kementerian Dalam Negeri, serta para pejabat eselon 1 kementerian terkait.
Dalam Rapat Kerja tersebut dibahas mengenai kesiapan masing-masing kementerian mengenai pendidikan karakter tersebut. Menkokesra sebagai koordinator perumus pendidikan karakter ini menyebutkan bahwa setiap kementerian yang terikat memiliki program-program berencana mengenai pendidikan karakter yang nantinya diajukan sebagai bahan untuk mengagas lahirnya Keppres mengenai pendidikan karakter. Menkokesra pun menyebutkan bahwa nantinya pendidikan karakter ini akan dijadikan aksi bersama dalam pelaksanaannya.
Para anggota fraksi pun melihat pendidikan karakter ini sangat penting dalam membentuk akhlak dan paradigma masyarakat Indonesia. Semoga pendidikan karakter ini tidak hanya menjadi proses pencarian watak bangsa saja, melainkan sebagai corong utama titik balik kesuksesan peradaban bangsa.
Jumat, 23 April 2010
Pendidikan Bermutu, Bagaimana?????
Rabu, 10 Maret 2010
KARAKTERISTIK ORGANISASI SEKTOR PUBLIK KEAGAMAAN
KARAKTERISTIK ORGANISASI SEKTOR PUBLIK KEAGAMAAN
Organisasi sektor publik perlu memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu :
A. Ekonomi
Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resource yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
B. Efisiensi
Efisiensi merupakan perbandingan input atau output yang dikaitkan dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.
C. Efektivitas
Merupakan perbandingan outcome dengan output.
Dengan melihat laporan keuangan operasional Masjid Al-Jihad, menurut kami :
Masjid Al-Jihad kinerjanya telah ekonomis
Hal ini dibuktikan dengan dana yang dikeluarkan oleh Masjid Al-Jihad sesuai dengan kegiatan yang semestinya dan tidak melebihi aset yang dimiliki.
Masjid Al-Jihad kinerjanya telah efisien
Hal ini dibuktikan dengan penerimaan uang yang diterima Masjid Al-Jihad dapat menutupi pengeluaran yang telah dilakukannya.
Masjid Al-Jihad kinerjanya telah efektif
Hal ini dibuktikan dengan pengeluaran yang dilakukan oleh Masjid Al-Jihad digunakan untuk melaksanakan kegiatan bagi kepentingan masyarakat yang merupakan tujuan dari masjid itu sendiri.
Sumber :
DKM aljihad. 2010. Laporan Keuangan Operasional (online). (www.dkmaljihad.or.id diakses 16 Februari 2010)
Pusat Media Perpustakaan
Sumber daya dan Alat-alat Perlengkapan
Pusat media Perpustakaan servis sumber daya dan alat-alat perlengkapan sebagai keterangan primer berlandaskan dan alat melalui perpustakaan yang mana perbuatan spesialis media ide dan keterangan tersedia ke murid dan guru. Keterangan perlukan dari komunitas sekolah dijumpai melalui koleksi siap pada sekolah dan melalui akses ke keterangan dan sumber daya pada lokasi lain.
Koleksi masa secara kebiasaan telah tandakan dasar keterangan dikandung pada sekolah. Hari ini, rangkulan koleksi tidak hanya pusat media perpustakaan intervi materials—print dan bukan cetak (meliputi audio, visuil, dan secara elektronis keterangan penyimpanan)—tapi juga alat-alat perlengkapan diperlukan untuk atur, hasilkan, dan pergunakan mereka. Semua materi demikian dan alat-alat perlengkapan dipertimbangkan bagian dari media perpustakaan sekolah koleksi pusat, dengan tanpa melihat sumber pembiayaan atau area dari sekolah dimana mereka dipondokkan.
Sumber daya lain diperlukan untuk mempelajari hari ini bukan bagian dari koleksi, yaitu dipondokkan pada pendapat sekolah. Keterangan mungkin diakses melalui berarti elektronik atau resepsi satelit, atau meminjam dari para agen dengan yang mana sekolah yang punya kesepakatan kerjasama. Sumber daya keterangan disediakan di jalan ini adalah dikenal sebagai “ keterangan melayani.
Dua kecenderungan arus sedang mempunyai dampak berpengaruh nyata pada perpustakaan tradisional koleksi media. Pertama, sebagai pendahulu teknologi menyediakan jalan lagi dari rekam, kemasan, dan menyampaikan data, image, dan keterangan, sumber daya siap untuk menyekolahkan dan pelajar sedang memperluas exponentially. Kedua, agar menjumpai kebutuhan dari murid individu dan untuk mengubah pendidikan program bidang, sumber daya media perpustakaan adalah jadilah lebih sepenuhnya diintegrasikan ke dalam keseluruhan menyekolahkan kurikulum. Sebagai hasil, mengembangkan koleksi memerlukan satu persekutuan aktif antara guru, pengurus, dan spesialis media perpustakaan agar membuat pas jasa koleksi dan keterangan ke sekolah spesifik program. Kedua kecenderungan ini menandai bahwa dasar keterangan dari sekolah esok akan membedakan sangat besar dari masa lalu tersebut.
Bidang lapangan dari Koleksi
Akses harus dimiliki murid ke satu jangkauan luas dari sumber daya keterangan. Murid berdua dan guru berhak atas koleksi yang menyediakan akses ke saat ini, wakil, dan sesuaikan sumber daya dan keterangan itu akan memuaskan kebutuhan bidang pendidikan mereka dan daya tarik dan mencocokan belajar individu mereka corak mode. Sumber daya sampul itu semua topik sesuai dan mewakili satu keaneka ragaman titik dari pandangan adalah penting.
Spesialis media perpustakaan, mengerjakan dengan guru, pengurus, dan murid, pilih atau hasilkan materi untuk menjumpai gol keseluruhan dari sekolah dan obyektif belajar didisain oleh guru untuk curricula spesifik. Sebagai tambahan materi diperlukan untuk memperkaya dan meluas kurikulum dan untuk menjumpai keterangan pribadi daya tarik dari murid.
Secara kebiasaan, media perpustakaan memusat yang koleksi telah meliputi buku fiksi dan cerita nyata, berkala, pamflet, manuskrip, laporan, cetak, poster, microforms, buku teks (dasar dan pengganti) buku catatan, multimedia bungkus atau luncur pergi, spesimen, realia, model, rekam audio dan video, filmstrips, longsoran, disk komputer, film, di tempat itu materi dihasilkan, dan buku lain dan bukan buku bahan dalam berbagai format.
Koleksi kini dalam keadaan peralihan. Dengan perubahan cepat dan pendahulu di teknologi, koleksi media perpustakaan meliputi format lagi dan sistem pengiriman. Cakram ringkas, CD-ROM, disk video, disk optis, videotext, perangkat lunak komputer, video interaktif, dan transmisi kabel dan satelit semua punyai program media perpustakaan aplikasi dan kini bagian dari perpustakaan koleksi pusat media. Pembangunan selanjutnya teknologi mungkin untuk terjadi, mengharuskan satu evaluasi berkepanjangan dari sistem informasi lagi untuk akses, penghasilan, penyimpanan, dan pengiriman agar mengakses bermanfaat bagi potensial mereka ke guru dan murid.
Bahan yang telah dihasilkan di tempat itu untuk menjumpai kelas spesifik atau kebutuhan pelajar mendasari satu elemen pada media perpustakaan memusat koleksi unik ke sekolah perorangan. Di tempat itu materi dihasilkan meliputi semua bentuk dari cetak, visuil, audio, dan sumber daya elektronik dan adalah sama sekali tidak bersinonim dengan duplikasi dari membeli materi. Ini pada dari satu macam resources—produced oleh guru, murid, dan media perpustakaan memusat staff—are mengevaluasi untuk penggunaan potensial oleh lain dan ditambahkan ke koleksi pada etika yang sama seperti membeli materi. Saat teknologi meningkatkan kemudahan dengan berkwalitas tinggi yang mana sumber daya belajar dapat diciptakan, bagian ini dari koleksi mungkin bertambah dengan sangat.
Sebagai tambahan terhadap rapat kebutuhan dari pengguna murid, pusat media perpustakaan koleksi meliputi materi profesional dan jasa keterangan untuk menolong biaya hidup guru ikuti cendrungi, pembangunan, ilmu pengetahuan tentang teknik, penelitian, dan percobaan di umum dan bidang bidang pendidikan dikhususkan. Hadapi bahan dengan belajar murid dan perilaku juga boleh dari penggunaan ke induk dan anggota komunitas lain.
Availabilitas dari sumber daya di luar sekolah menambahkan koleksi lokal kecuali tidak menggantikan ini. Masing-masing sekolah, dan masing-masing daerah sekolah, harus menyediakan sumber daya primer diperlukan oleh murid ini dan guru dan harus menyediakan sumber daya itu pada saat kebutuhan dan pada titik yang terdekat dari penggunaan mungkin. Walau sekolah akan meluaskan sumber daya keterangan siap ke pengguna melalui arahkan akses elektronik, murid dan guru akan berlanjut memerlukan satu sumur memilih mampu koleksi bertingkat bangunan dengan suatu prosentase besar cukup dari sumber daya intervi perlu.
Ini mungkin diinginkan untuk mengembangkan sumber keterangan lokal dan sistem. Database demikian dapat meliputi sumber daya komunitas arsipkan, guru yang mana dapat pergunakan ke tempatkan pakar untuk presentasi kelas atau mengidentifikasi situs darmawisata, dan file pelayanan masyarakat, yang daftar layanan dan baik tersedia untuk kebutuhan spesifik.
Menyekolahkan pusat media perpustakaan kadang kala kandung koleksi khusus yang termasuk sumber daya demikian sebagai buku jarang atau tidak biasa, materi historis didermakan oleh induk atau alumni, sekolah atau komunitas archival bahan, dan lokal atau koleksi murid. Koleksi demikian mungkin dipondokkan secara terpisah dan beredar sesuai dengan khusus menyekolahkan kebijakan. Butir data dari nilai hebat dan itu yang yang dapat diganti mungkin memerlukan dengan cermat memperdayakan
Manajemen Pembelajaran
BAB I
KONSEPSI MANAJEMEN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Manajemen Pembelajaran.
Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian komponen-komponen program pembelajaran dengan penggunaan ilmu dan seni pembelajaran yang tepat, agar supaya tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
B. Kegiatan Manajemen Pembelajaran
Kegiatan manajemen dapat dikaji dari dua segi, yakni (1) dari segi sasaran kegiatan manajemen, dan (2) dari jenis aktivitas-tindakan manajemen.
Dari segi sasaran atau obyek kegiatannya, obyek manajemen pembelajaran meliputi (1) manajemen komponen-komponen program pembelajaran dan (2) manajemen komponen-komponen iklim pembelajaran, Komponen-komponen program pembelajaran mencakup manajemen :(a) tujuan pembelajaran ( kompetensi dan indicator hasil pembelajaran), (b) materi bahan pembelajaran, (c) komponen strategi pembelajaran, (d) media, sumber dan teknologi pembelajaran, (e) penilaian pembelajaran. Sedangkan manajemen komponen iklim pembelajaran meliputi : (a) manajemen kedisiplinan siswa, (b) manajemen iklim sosial kelas, (c) manajemen iklim sosio-emosional kelas, dan (d) manajemen fisikal kelas
Sementara itu, dari segi jenis aktivitas kegiatannya, kegiatan manajemen dapat ditinjau dari segi: (1) prosedur kegiatan manajemen dan (2) macam-macam kegiatan manajemen pembelajaran. Ditinjau dari prosedur kegiatan manajemen terdapat tiga tahapan kegiatan yang meliputi: (a) tahap perencanaan pembelajaran, (b) tahap pelaksanaan pembelajaran dan (c) tahap penilaian pembelajaran. Sementara ditinjau dari macam-macam kegiatannya, kegiatan manajemen pembelajaran, mencakup aktivitas : (a) identifikasi masalah, (b) diagnosis, (c) perumusan tujuan, (d) pengambilan keputusan, (f) perencanaan, (g) pengorganisasian, (h) kordinasi, (i) pendelegasian,(j) inisiasi, (k) komunikasi, (l) bekerja bersama kelompok, (m) pemecahan masalah, dan (n) aktivitas penilaian,(o) inovasi ( pembaharuan) , (p) penelitian dan pengembangan.
C. Macam-macam Kegiatan Manajemen Pembelajaran
1. Identifikasi masalah, Diagnosis, dan Problem solving
2. Pengambilan keputusan
BAB II
Variabel-Variabel Pembelajaran
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan seperangkat peristiwa-kondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar.
B. Faktor-Faktor Penentu Aktualisasi Pembelajaran
Proses pembelajaran bersifat kompleks mengingat aktualisasinya melibatkan dan ditentukan oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor pembentuk aktualisasi pembelajaran tersebut meliputi komponen input, proses, output,dan umpan balik.
Komponen input (masukan) adalah siswa yakni peserta didik yang diharapkan mengalami perubahan tingkah laku setelah mengikuti proses pembelajaran. Komponen proses, yakni serangkaian interaksi pembelajaran antara siswa sebagai masukan dengan sejumlah komponen pembelajaran dan sejumlah komponen setting pembelajaran ( manajemen kelas). Sedangkan komponen out-put adalah hasil belajar sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran yang berupa kualifikasi tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai anak setelah mengikuti interaksi pembelajaran. Sementara komponen umpan-balik merupakan komponen yang memiliki fungsi informatif bagi efektivitas pencapaian tujuan dan relevansi dari komponen-komponen yang terkait.
C. Deskripsi Tindak Pembelajaran
a. Dari segi jenis kegiatan guru:
b. Dari segi tujuan belajar yang ingin di capai:
c. Dari segi prinsip realitas dalam pembelajaran
d. Dari segi komponen tingkah laku guru
e. Dari segi kubu-kubu teori belajar, mengajar sebagai:
Valentine (1992: 150--153) menyebutkan beberapa variabel beserta diskriptor performansi guru dalam mengajar.
1. Membuat Persiapan Mengajar yang Tepat
2. Menyiapkan Strategi untuk Mengatasi Hambatan
3. Menyiapkan Materi Pelajaran
4. Memilih Tujuan dan Proses Pembelajaran Secara Tepat
5. Memilih dan Menerapkan Berbagai Teknik Mengajar Yang Efektif
6. Memberikan Kesempatan Belajar Sesuai Dengan Perbedaan Individual Anak
7. Menggunakan Variasi Bahan dan Sumber Yang Efektif
8. Menggunakan Alokasi Waktu Secara Efektif
9. Menunjukkan Kemampuan Memotivasi siswa
10. Menunjukkan Kemampuan Komunikasi Dengan Siswa Secara Efektif
11. Memberikan Evaluasi Umpan Balik bagi Anak
D. Dimensi Pembelajaran Sebagai Sistem
Komponen-komponen pembentuk proses pembelajaran menurut Moedjiono, dkk. (1996:19--20), meliputi berikut ini:
* Siswa
* Guru
* Tujuan
* Metode
* Media,
* Evaluasi
E. Dimensi Tujuan dan Hasil Pembelajaran.
a. Instructional effects,
b. Nurturant effects,
F. Dimensi Manajerial dalam Pembelajaran
a. Instructional Management
b. Classroom Management
G. Dimensi Proses dalam Pembelajaran
a. Tahapan Proses Pembelajaran
v Tahap Perencanaan.
v Tahap Pelaksanaan.
v Tahap Evaluasi.
b. Aspek Pendekatan dalam Pembelajaran
c. Aspek Strategi dan Taktik
d. Aspek Metode dan Teknik Pembelajaran
e. Prosedur Pembelajaran
H. Dimensi Isi-Pesan Pembelajaran
a. Substansi isi pembelajaran.
b. Aspek nilai-nilai formal isi pembelajaran.
I. Dimensi Interaksi-Komunikasi dalam Pembelajaran
BAB III
PEMBELAJARAN EFEKTIF
A. Konsep Keefektifan
Kata efektif sesungguhnya merupakan serapan dari kata effective (bahasa Inggris) yang artinya berhasil guna, berdaya guna, mustajab, manjur, ditaati. Kata effective itu sendiri berakar dari kata effect yang maknanya pengaruh-akibat. Bertolak dari akar kata effect tersebut, maka effective artinya ada pengaruhnya, memiliki pengaruh, berpengaruh -berakibat, mempunyai akibat, tampak akibatnya.
B. Karakteristik Keefektifan Kelas
a. Produktivitas
b. Efisiensi
c. Kualitas pencapaian hasil, kinerja, layanan oleh individual
d. Pertumbuhan dan perkembangan kelas
e. Keadaan absensi oleh siswa, guru dan pengelola yang lain.
f. Turnover
g. Kepuasan guru terhadap pekerjaannya
h. Kepuasan siswa
i. Motivation
j. Morale
k. Kohesif
l. Fleksibilitas dan adaptibilitas
m. Perencanaan tujuan kelas
n. Perumusan dan kesepakatan tujuan bersama
o. Penghayatan terhadap tujuan organisasi kelas
p. Keterampilan manajerial dan kepeminpinan guru
q. Informasi manajemen dan komunikasi
r. Kesiapan kelas
s. Pemanfaatan lingkungan
t. Penilaian oleh entitas eksternal kelas
u. Stabilitas
v. Pemberian kesempatan partisipasi
w. Penekanan untuk Pelatihan dan Pengembangan
x. Penekanan pada Prestasi
C. Efektivitas Pembelajaran
1. Struktur Pembelajaran
2. Motivasi anak
3. Efektasi guru
4. Pertanyaan kelas
5 Memaksimalkan Waktu belajar
6. Penerapan Pembelajaran Konstruktivis
D. Guru yang Efektif
1. Manajemen kelas
2. Direct Instruction.
3. Waktu untuk tugas.
4. Bertanya.
5. Pembelajaran pemahaman.
6. Tingkat kognitif dalam pembelajaran.
7. Pengelompokan anak.
E. Profil Iklim Pembelajaran Efektif
Variabel-variabel guru yang berperanan terhadap efektivitas iklim pembelajaran adalah variabel karakteristik kepribadian, kemampuan dan keterampilan mengajar, keterampilan mengelola kelas, kematangan emosional, dan lain-lain.
1. Profile disiplin kelas yang efektif
2. Profil Iklim Sosial Kelas yang efektif
3. Profil Iklim Sosio-emosional Kelas Yang Efektif
4. Profil Kondisi Fisikal Kelas Yang Efektif
BAB IV
PERFORMANSI GURU YANG DIHARAPKAN SISWA
A. Ekspektasi siswa terhadap guru
1. Karakteristik Kepribadian Guru yang diharapkan
Karakteristik Barr tentang guru yang sukses memiliki dua belas atribut yakni berikut ini:
a. Guru sebagai orang sumber
b. Intelijen
c. Kestabilan emosinya
d. Bijak/ hati-
e. Buoyancy--Optimis,
f. Obyektif
g. Tenaga
h. Dominansi
i. Kemenarikan
j. Kehalusan budi
k. Kerjasama
l. Reliabilitas
2. Harapan Siswa Tentang Kemampuan/kompetensi Guru
v Membuat Persiapan Mengajar yang Tepat
v Menyiapkan Strategi untuk Mengatasi Hambatan
v Menyiapkan Materi Pelajaran
v Memilih Tujuan dan Proses Pembelajaran Secara Tepat
v Memilih dan Menerapkan Berbagai Teknik Mengajar Yang Efektif
v Memberikan Kesempatan Belajar Sesuai Dengan Perbedaan Individual Anak
v Menggunakan Variasi Bahan dan Sumber Yang Efektif
v Menggunakan Alokasi Waktu Secara Efektif
v Menunjukkan Kemampuan Memotivasi siswa
v Menunjukkan Kemampuan Komunikasi Dengan Siswa Secara Efektif
3. Harapan Siswa Tentang Kemampuan Sosial Guru.
4. Kematangan Emosional Guru yang diharapkan Siswa.
5. Harapan Siswa tentang Persepsi dan Sikap Guru
F. Pola Kepemimpinan Guru yang diharapkan.
Kepemimpinan guru di kelas dapat di klasifikasikan menjadi tiga tipe kepemimpinan, yakni tipe otoriter, demokratis, dan leissez faire. Masing-masing tipe kepemimpinan tersebut memiliki implikasi yang berbeda-beda terhadap erbentuknya iklim sosial dan emosional kelas. Kelas yang dipimpin guru secara otoriter, cenderung menimbulkan iklim sosial dan emosional yang kurang menguntungkan bagi belajar anak. Anak di kelas merasa ditekan, tidak memiliki kebebasan berekspresi, dan tidak berani membuat keputusan sendiri.
BAB V
MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN
A. Program Pembelajaran
Program pembelajaran adalah seperangkat tindakan untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Manajemen program pembelajaran ditinjau dari sudut tahapan kegiatannya, terdiri atas (1) kegiatan perencanaan program, (2) pelaksanaan program, dan (3) evaluasi program (Jacobsen, Egen dan Kauchak, 1989:9--12). Sedangkan manajemen program pembelajaran ditinjau dari sudut jenis dan macam-macamnya, terdiri atas (1) program tahunan, (2) program semesteran dan (3) program satuan pembelajaran.
Perencanaan Program Pembelajaran
Evaluasi Program Pembelajaran
Aspek ini berisi kegiatan guru untuk melakukan penilaian terhadap program pembelajaran. Ada tiga sasaran penilaian, yakni: (1) penilaian perencanaan program, (2) penilaian terhadap pelaksanaan program pembelajaran, dan (3) penilaian terhadap program evaluasi pembelajaran.
Model Program Pembelajaran
ü Model Pembelajaran Dasar Glaser
ü Model Pembelajaran Yerold E. Kemp
ü Model Satuan Pelajaran
Komponen-komponen Program Pembelajaran
Ø Komponen Tujuan Pembelajaran
a. Pemilihan materi
b. Evaluasi
c. Siswa
d. Semua Pihak
e. Dapat dilihat lebih jelas, apakah tujuan itu menunjang pencapaian tujuan yang lebih besar. .
Tujuan pembelajaran memenuhi beberapa fungsi yang berguna diantaranya adalah berikut ini.
a. Untuk merencanakan pelajaran.
b. Dalam memilih alat bantu pelajaran.
c. Untuk menetapkan tugas-tugas yang sesuai dengan siswa.
d. Dalam memilih atau menyusun test.
e. Untuk menentukan kapan dan dikumpulkan data yang evaluatif.
f. Untuk menyimpulkan & melaporkan hasil-hasil evaluasi.
g. Untuk dapat menolong siswa menentukan dimana mereka harus pergi sementara mereka berusaha menjadi pelajar yang mampu belajar sendiri.
Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Domain Kognitif
· Pengetahuan.
· Pemahaman.
· Aplikasi.
· Analisis.
· Sintesis.
· Evaluasi.
Tujuan Pembelajaran Domain Afektif
· Penerimaan
· Memberikan respon ( Tanggapan)
· Penilaian.
· Organisasi.
· Pemeranan/pelukisan watak.
Tujuan Pembelajaran Domain Psikomotor
· Persepsi (Perseption).
· Kesiapan (Set).
· Respon terpimpin (Guided responce).
· Mekanisme (Mechanism).
· Complex Overt Responce.
· Penyesuaian (Adaptation).
· Originasi (Origination).
Ø Komponen Penilaian Awal (Pre-Test)
Sasaran penilaian awal sedikitnya adalah tingkat penguasaan anak tentang : (1) pengetahuan prasyarat yang dimiliki anak untuk mengikuti pembelajaran (pre-riquisite), dan (2) tujuan pembelajaran yang menjadi sasaran pembelajaran.
Ø Komponen Materi Pembelajaran
materi pelajaran menjadi empat macam yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip (Suprihadi, 1993:60).
Ada dua jenis klasifikasi sumber belajar, (1) resource by design, sumber pembelajaran yang dirancang secara spesifik untuk pembelajaran, (2) resource by utilization
Ø Komponen Proses Pembelajaran
Pertimbangan dalam Pemilihan Proses Pembelajaran
(1) karakteristik tujuan,
(2) karakteristik peserta didik,
(3) karakteristik materi pembelajaran,
(4) kemampuan guru, dan
(5) ketersediaan fasilitas pembelajaran
Prosedur Pembelajaran.
Herbart dalam Moedjiono , dkk. (1996) mengemukakan lima langkah induksi dalam pembelajaran. Kelima langkah tersebut adalah berikut ini.
.Persiapan meliputi: (a) mengemukakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada siswa; (b) memberi pandangan ke depan bahwa apa yang dialami siswa akan membantu pemahaman materi.
a. Penyajian
b. Komparasi
c. Generalisasi
d. Penerapan
Pola-pola Interaksi Pembelajaran
Pola interaksi berhubungan dengan cara bagaimana interaksi siswa dengan sistem lingkungan belajarnya. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat tiga klasifikasi pola interaksi pembelajaran (Depdikbud-Dikti, 1980:45-46), yakni berikut ini.
a. Pola Presentasi
b. Studi Independen
c. Interaksi
Ø Komponen Media dan Sumber Belajar
Ø Komponen Penilaian
v penilaian perencanaan program
v penilaian proses pembelajaran
v penilaian hasil-hasil pembelajaran.
BAB VI
MANAJEMEN STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi memiliki dua hal, (1) perencanaan tindakan secara sistematis dan, (2) implementasi perencanaan dalam tindakan di lapangan. ( Al Hakim S. dkk.; 2002:80). Dan ujung dari penggunaan strategi adalah memenangkan pertempuran.
Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan komponen pembelajaran. Strategi pembelajaran berhubungan dengan cara-cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Cara-cara itu, mencakup sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Oleh sebab itu, Hilda Taba menyatakan pula strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran (Suprihadi, 1993:94)
Strategi pembelajaran aktualisasinya terwujud dalam bentuk ketetapan mengenai seperangkat tindakan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Cakupan ketetapan tindakan tersebut berdimensional, secara substansial dimensi yang dimaksud antara lain meliputi : (1) setting (latar) pembelajaran, (2) pengelolaan bahan ajar, (3) pengalokasian waktu, (4) pengaturan pola aktivitas pembelajaran, (5) metode, teknik, dan prosedur pembelajaran, (6) pengaturan dalam pemanfaatan media pembelajaran, (7) penerapan prinsip-prinsip pembelajaran, (8) penerapan pendekatan pola aktivitas pembelajaran, (9) pengembangan dan pengaturan iklim pembelajaran.
B. Dimensi-dimensi Strategi Pembelajaran
Dimensi strategi pembelajaran yang dimaksud, perwujudannya berkenaan dengan aspek: (1) setting (latar) pembelajaran, (2) pengelolaan bahan ajar, (3) pengalokasian waktu, (4) pola pengaturan bentuk pembelajaran, (5) metode, teknik, dan prosedur pembelajaran, (6) pemanfatan dan penggunaan media pembelajaran, (7) penerapan prinsip-prinsip pembelajaran, (8) penerapan pendekatan pola aktivitas pembelajaran, (9) pengembangan iklim pembelajaran.
C. Perencanaan Strategi Pembelajaran
Langkah-langkah perencanaan yang meliputi (1) identifikasi persoalan/kebutuhan, (2) merumuskan tujuan dan sasaran, (3) identifikasi pembatas-pembatas—kekuatan dan kelemahan, (4) proyeksi dan antisipasi kedepan, (5) penelusuran alternatif kegiatan dan , (6) penyusunan rencana tindakan yang dipilih. ( Al Hakim S. dkk; 2002:80).
Menyusun rencana strategi pembelajaran, ada tiga hal yang perlu dicermati guru: (1) pada variabel-variabel penentu strategi, dan (2) substansi strategi, (3) jenis-jenis dan bentuk strategi yang akan digunakan.
Variabel-variabel penentu dalam perencanaan strategi menurut meliputi: (1) variabel tujuan pembelajaran, (2) variabel materi pembelajaran, (3) variabel kemampuan diri guru, (4) variabel kemampuan siswa, (5) variabel sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia.
Lawrence T. Alexander dan Robert H. Davis dalam Suprihadi (1993: 106) menyebutkan ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran. Faktor tersebut adalah (1) tujuan pembelajaran khusus, (2) keadaan siswa (karakteristik siswa), (3) sumber dan fasilitas untuk melaksanakan dari suatu strategi tertentu, dan (4) karakteristik teknik penyajian tertentu. Keempat faktor tersebut diatas oleh Lawrence T. Alexander dan Robert H. Davis selanjutnya dijelaskan secara rinci sebagaimana uraian di bawah ini.
BAB VII
PROSEDUR DAN POLA PENGATURAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Pola kegiatan pembelajaran berkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam arti macam dan urutan umum perbuatan pembelajaran
B. Struktur Pembelajaran
Struktur pembelajaran efektif pada dasarnya mencakup komponen : (1) pendahuluan pembelajaran, (2) penjelasan dan klarifikasi isi pembelajaran secara jelas, (3) monitoring terhadap pemahaman anak, (4) pemberian waktu untuk praktek/berlatih, (5) fase penyimpulan dan penutupan pembelajaran, (6) pendalaman secara terstruktur maupun mandiri dan review.
Berdasar alur proses pemahaman individu terhadap obyek tersebut, maka proses pembelajaran dapat distrukturkan dengan pola GASE tersebut. Untuk itu, maka langkah-langkah pembelajaran dapat distrukturkan kedalam tujuh fase pembelajaran yang meliputi (1) fase motivasi, (2) fase eksplorasi, (3) fase intensifikasi, (4) fase elaborasi, (5) fase signifikasi, dan (6) fase evaluasi, (7) Follow up
Herbart dalam Moedjiono , dkk. (1996) mengemukakan lima langkah induksi dalam pembelajaran. Kelima langkah tersebut adalah berikut ini.
a. Persiapan meliputi: (a) mengemukakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada siswa; (b) memberi pandangan ke depan bahwa apa yang dialami siswa akan membantu pemahaman materi.
b. Penyajian. Pada tahap ini data-data yang berhubungan erat dengan masalah-masalah yang harus dipecahkan dikemukakan pada siswa.
c. Komparasi - Abstraksi. Data-data itu diperbandingkan dan dianalisa secara seksama untuk menunjukkan keterkaitan yang dapat dipergunakan selanjutnya untuk menemukan implikasinya.
d. Generalisasi. Pada tahap ini unsur-unsur kesamaan dan perbedaan dikemukakan bersama sebagai bukti untuk menemukan implikasinya secara pasti.
e. Penerapan. Kesimpulan yang diperoleh diterapkan dalam berbagai situasi untuk memperjelas signifikasi kesimpulan yang diperoleh terdahulu.
C. Pola Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pola Presentasi
Pola Studi Independen
Pola Interaksi
D. Variasi Pola pengaturan Pembelajaran
1. Pola Pengaturan Guru dalam Pembelajaran
Pola Pembelajaran dengan Seorang Guru.
Pembelajaran Melalui Team
2. Pola Pengaturan Siswa dalam Proses Belajar.
Pola Pembelajaran klasikal
Pola Pembelajaran Kelompok Kecil (5--7 anak)
Pola Pembelajaran Individual atau Perorangan
3. Pola Pengaturan Hubungan Guru – Siswa
Pola Kegiatan Pembelajaran Tatap muka
Pola Kegiatan Pembelajaran dengan Perantaraan Media
4. Struktur Peristiwa Pembelajaran
Pola Struktur terbuka
Pola Struktur Tertutup
5. Pola Peranan Guru dalam Pengelolaan Pesan
Pola ekspositori
Pola Heuristik atau Hipotetis
6. Pola Pengorganisasian Pesan
a. Pola Induktif
b. Pola Deduktif
BAB VIII
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengantar
Model pembelajaran dilihat dari sudut siswa merupakan model belajar. Model pembelajaran didisain secara khusus untuk kepentingan macam-macam belajar dan membantu siswa dalam belajar yang lebih efektif. Dengan model belajar tersebut, siswa dibantu dalam proses pemerolehan informasi dan gagasan, pemerolehan keterampilan, nilai, cara-cara berfikir, alat untuk berekspresi diri. Model pembelajaran juga membelajarkan siswa tentang bagaimana belajar (BruceJoyce dan Marsha Weil, 1992: 1).
B. Jenis-jenis Model Pembelajaran
1. Famili Model Pembelajaran Interaksi Sosial (Social Family)
(1) model investigasi kelompok,
(2) role playing,
(3) jurisprudential inquiry.
2. Famili Model-model Pemrosesan Informasi
v model berpikir induktif
v model latihan inquiry
v model penguasaan konsep
v model perkembangan kognitif
v model advance organizer
3. Famili Model-model Personal
1. Model Pengajaran Nondirective
2. Model Pertemuan Kelas
C. Model-model Mengajar Behavioral
1. Model Contingency Management
2. Model Assertiveness Training